Senin, 11 Juni 2012

(31 Tugas)Teori contingency (bambang setiyadi,1db16,38111303)

Teori contingency


Teori contingency dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh pendekatan sistem. Teori contingency melihat bahwa teori organisasi sudah seharusnya berlandaskan pada konsep sistem yang terbuka (open system concept). Ini merupakan pandangan yang berbeda dari pandangan para ahli teori klasik yang melihat organisasi sebagai suatu sistem yang tertutup.
Inti dari teori contingency ini pada dasarnya terletak pada pandangannya dalam melihat hubungan antara organisasi dan hubungan antara organisasi dengan lingkungannya. Menurut teori ini, hubungan antara satu organisasi dengan lainnya maupun dengan lingkungannya secara keseluruhan, sangat tergantung pada situasi. Pandangan yang demikian menuntut para ahli teori organisasi maupun para praktisi atau manajer untuk lebih mengembangkan kemampuan beradaptasi, lebih luwes dan lebih sederhana dalam proses pengambilan keputusan yang dibuatnya. Teori contingency ini menolak prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh para ahli teori klasik dan menggantinya dengan pandangan yang lebih adaptif dalam memahami organisasi. 
Tokoh utama dari teori contingency adalah Joan Woodward, melalui studinya mengenai efek atau dampak dari teknologi terhadap organisasi. Gagasan Woodward merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan teori organisasi sampai sekarang, terutama  pengetahuan mengenai bagaimana suatu organisasi  bekerja. Penjelasan mengenai hubungan secara langsung antara teknologi dengan struktur sosial dari organisasi merupakan temuan utama dari studi yang dilakukan oleh Woodward. Organisasi yang menerapkan teknologi yang canggih, cenderung untuk secara langsung mengembangkan struktur organisasi yang sesuai dengan kecanggihan teknologi itu.
Penemuan Woodward itu merupakan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya oleh para ahli teori organisasi klasik. Hal lain, sumbangannya yang berupa pengujian dan analisis mengenai fenomena organisasi yang berlandaskan pada data empiris merupakan sumbangan yang sangat penting dan mendasar   bagi perkembangan teori contingency. Bahkan karena kontribusinya ini, sudah pada tempatnya untuk menetapkan Woodward sebagai salah satu dari sedikit ahli teori organisasi dan peneliti yang telah memberikan dorongan bagi perkembangan teori organisasi secara umum, serta peletak dasar bagi studi organisasi yang bersifat ilmiah.
Selain Woodward, Jay Galbraith juga dapat dikatakan sebagai ahli teori organisasi yang memberikan sumbangan besar dan penting bagi perkembangan teori organisasi yang ada dewasa ini. Jay Galbraith memberikan perhatiannya pada masalah kepastian dari kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan aspek perencanaan dan kebutuhan akan informasi dalam organisasi. Dalam pandangan Jay Galbraith organisasi dilihat sebagai tempat proses pemilihan atau seleksi informasi berlangsung. Gagasan Jay Galbraith ini merupakan suatu yang dapat diterima di kalangan pemikir teori organisasi kontemporer,
Ahli-ahli teori organisasi yang lain juga memberikan sumbangan bagi perkembangan teori Contingency di antaranya adalah James D Thomson, yang memberikan perhatian utamanya pada dampak dari teknologi terhadap organisasi, baik organisasi bisnis maupun organisasi lainnya. Thomson melihat bahwa pada organisasi-organisasi yang memiliki masalah-masalah teknologi lingkungan yang kurang lebih sama, akan memiliki perilaku yang kurang lebih sama pula. Sumbangan penting lain dari D Thomson adalah rintisannya untuk memberikan penekanan akan perlunya melakukan analisa terhadap organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka (open system). Sumbangan Thomson terhadap perkembangan teori organisasi, terutama dalam memahami bagaimana kekuatan teknologi dan lingkungan sebagai sistem yang melingkupi organisasi, berpengaruh terhadap organisasi.
Ahli lain yang juga memberikan sumbangan bagi perkembangan teori Contingency adalah Jay W Lorsch dan Paul L Lawrence. Pusat perhatian Lorsch dan Lawrence adalah pada hubungan kontingensi antara suatu organisasi dengan lingkungannya. Hasil studi Lorsch dan Lawrence secara jelas menunjukkan bahwa organisasi yang sukses selalu menyusun strukturnya dalam pola yang konsisten dengan tuntutan lingkungannya. Pola hubungan yang demikian dibuktikan oleh Lorsch dan Lawrence melalui pengujian terhadap empat komponen atau variabel dasar yaitu:
1.      Tingkat formalitas dari struktur
2.      Orientasi tujuan organisasi
3.      Orientasi waktu
4.      Orientasi hubungan interpersonal

Dengan empat komponen dasar utama itu, studi Lorsch dan Lawrence menunjukkan bahwa organisasi yang secara teknologi dapat berjalan dengan baik, pada umumnya memiliki:
a.        struktur organsiasi yang tingkat formalitasnya minimal
b.       lebih berorientasi pada tujuan yang bersifat ilmiah dari pada berorientasi pada pasar
c.        keberadaan para manajer yang berorientasi pada pemikiran jangka panjang
d.       lebih mengutamakan pelaksanaan tugas pekerjaan daripada mengutamakan hubungan sosial yang bersifat interpersonal.
Kondisi yang demikian menurut Lorsch dan Lawrence merupakan kondisi yang terbaik bagi suatu organisasi untuk bergerak dalam lingkungan kerja yang amat tinggi. Sebaliknya, menurut Lorsch dan Lawrence, suatu organisasi yang tidak mendukung bagi suatu organisasi untuk bergerak dalam lingkungan teknologi yang amat tinggi adalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
a.     lebih menyerupai sebuah perkumpulan sosial, yang  karenanya lebih mengutamakan formalitas dalam berbagai bentuk ritualnya
b.        tujuannya lebih berorientasi pada pasar dari pada orientasi tujuan yang ilmiah
c.          memiliki perspektif jangka pendek
d.      lebih mementingkan hubungan interpersonal daripada mengutamakan pada orientasi pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan kondisi yang
Kondisi lingkungan menjadi faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan mengenai bagaimana struktur suatu organisasi akan disusun.

 SUMBER :
 http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4310/top.15.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar